ANIMALIA
A. Keanekaragaman Hewan (Animalia)
Hewan
(Animalia) adalah bentuk kehidupan paling beragam di muka bumi. Sampai saat ini
telah diidentifikasi sebanyak 2 juta spesies hewan. Ukuran hewan berkisar dari
hanya 0,05 mm hingga 30 m. Tempat hidup hewan beragam, mulai dari gurun, padang
es, hingga di bawah lautan terdalam. Bahkan ada hewan yang tidak terlihat
seperti makhluk hidup sama sekali, seperti karang dan koral yang lebih mirip
batu-batuan. Banyak hewan menyebabkan kerugian maupun menyebarkan penyakit,
tetapi lebih banyak lagi yang bermanfaat bagi kehidupan manusia.
Pembagian
fauna menjadi dua kelompok didasarkan pada adanya Paparan Sunda dan Paparan
Sahul menjadi lebih jelas lagi daripada pembagian flora. Di sini dapat ditarik
garis pemisah yang lebih jelas yang disebut garis Wallace (ditemukan oleh
Alfred Russel Wallace). Beberapa jenis hewan, seperti ikan tawar dari kelompok
timur dan barat penyebarannya tidak pernah bertemu. Akan tetapi, ada pula hewan
hewan, seperti burung, amphibia, dan reptilia yang sering kali antara penyebaran
kelompok timur dan barat saling tumpang-tindih.
Paparan
sunda sangat kaya akan berbagai jenis mamalia dan burung; diperkirakan di
kawasan ini terdapat ratusan jenis burung dan 70% di antaranya merupakan
penghuni hutan primer darat; keanekaragaman ini jauh lebih tinggi daripada di
Afrika. Indonesia terbagi menjadi dua zoogeografi yang dibatasi oleh garis
Wallace. Garis Wallace membelah Selat Makassar menuju ke selatan hingga ke Selat
Lombok. Jadi, garis Wallace memisahkan wilayah Oriental (termasuk Sumatra,
Jawa, Bali, dan Kalimantan) dengan wilayah Australia (Sulawesi, Irian, Maluku,
Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur).
Penelitian
selanjutnya dilakukan oleh Weber, seorang ahli zoology dari Jerman. Menurut
Weber, hewan-hewan yang ada di Sulawesi tidak semuanya tergolong kelompok hewan
Australia karena ada juga yang memiliki sifat-sifat Oriental sehingga Weber
berkesimpulan bahwa hewan-hewan Sulawesi merupakan hewan peralihan. Weber
kemudian membuat garis pembatas yang berada di sebelah timur Sulawesi memanjang
ke utara menuju Kepulauan Aru yang kemudian dikenal dengan nama garis Weber.
Sebagai bukti, Sulawesi merupakan wilayah peralihan, contohnya, di Sulawesi
terdapat Oposum dari Australia dan kera Macaca dari Oriental.
Fauna
daerah Oriental yang meliputi Sumatra, Jawa, dan Kalimantan serta pulau-pulau
di sekitarnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Banyak spesies mamalia berukuran besar,
seperti badak, gajah, banteng, dan harimau. Terdapat
pula mamalia berkantung, tetapi
jumlahnya sedikit, bahkan hampir tidak ada.
2. Terdapat berbagai macam kera, terutama di
Kalimantan yang paling banyak memiliki primata,
misalnya, orang utan, kukang, dan
bekantan.
3. Burung-burung
yang dapat berkicau, tetapi warnanya tidak seindah burung Australia, misalnya,
jalak bali (Leucopsar rothschildi),
murai (Myophoneus melurunus), ayam hutan berdada merah
(Arborphila hyperithra), dan ayam
pegar (Lophura bulweri).
Fauna
daerah Indonesia bagian timur, yaitu Irian, Maluku, dan Nusa Tenggara relatif
sama dengan Australia. Ciri-ciri yang dimilikinya adalah sebagai berikut:
1. Mamalia
berukuran kecil. Di Irian dan Papua terdapat kurang lebih 110 spesies mamalia,
misalnya, kuskus (Spilocus maculates)
dan Oposum. Di Irian juga terdapat 27 hewan pengerat
(rodensial), dan 17 di antaranya
merupakan spesies endemik.
2. Banyak
hewan berkantung. Di Irian dan Papua banyak ditemukan hewan berkantung, seperti
kanguru (Dendrolagus ursinus).
3. Tidak
terdapat spesies kera. Spesies kera tidak ditemukan di daerah Australia, tetapi
di
Sulawesi ditemukan banyak hewan
endemik, misalnya, primata primitif Tarsius spectrum,
musang (Macrogalida musschenbroecki),
babirusa, anoa, maleo, dan beberapa jenis
kupu-kupu.
4. Jenis
burung berwarna indah dan beragam. Papua memiliki koleksi burung terbanyak
merupakan spesies endemik, misalnya,
burung cenderawasih.
Secara garis besar, Dunia Hewan
(Kingdom Animalia) dibagi menjadi dua, yaitu vertebrata dan invertebrata.
Vertebrata adalah istilah untuk hewan bertulang belakang, sedangkan
invertebrata adalah istilah untuk hewan yang tidak bertulang belakang.
Hewan invertebrata terdiri dari dua
golongan, yaitu Protozoa dan Metazoa. Protozoa adalah hewan bersel satu, sedangkan
metazoa adalah hewan bersel banyak. Metazoa adalah hewan bersel banyak yangterbentuk
melalui spesialisasi fungsi kerja sel-sel. Sel-sel tertentu terspesialisasi
membentuk jaringan; jaringan membentuk oragan; dan organ membentuk sistem
organ. Akhirnya sistem organ akan menyusun satu individu.
1. Filum Porifera
Porifera berasal dari kata porus yang
berarti lubang kecil dan ferre yang berarti membawa atau mengandung.
Jadi, Porifera adalah hewan yang tubuhnya mengandung lubang-lubang kecil atau
hewan berpori-pori.
Ciri–Ciri Porifera
1. Merupakan hewan multiseluller
(bersel banyak) yang paling sederhana.
2. Memiliki
ciri khas yaitu tubuhnya berpori seperti busa atau spons sehingga disebut juga
sebagai hewan spons.
3. Belum mempunyai organ pencernaan,
sistem peredaran darah , sistem saraf, dan otot; namun sel-sel tubuhnya dapat
mengindra dan bereaksi terhadap perubahan lingkungan.
4. Mempunyai dua fase kehidupan, yaitu
saat hidup berenang bebas (fase larva) dan saat berbentuk sesil yang hidup
menetap di dasar perairan (fase dewasa).
5. Bentuk
tubuhnya beraneka ragam, ada yang seperti tabung, mangkuk atau menyerupai
tumbuhan. Warnanya juga sangat bervariasi dan dapat berubah-ubah.
6. Belum mempunyai organ pencernaan,
sistem peredaran darah , sistem saraf, dan otot; namun sel-sel tubuhnya dapat
mengindra dan bereaksi terhadap perubahan lingkungan.
7. Merupakan hewan diploblastik yang
memiliki dua lapis sel pembentuk tubuh, yaitu ektoderma (lapisan luar dan
endoderma (lapisan dalam).
8. Bentuk tubuh
hewan ini ada yang seperti piala, jambangan, terompet, dan bercabang cabang
seperti tumbuhan.
9. Hidup
secara heterotrof, makanannya adalah bakteri dan plankton. Porifera menelan
makanan secara fagositosis
Lapisan-Lapisan pada Porifera
1. Epidermis
(Lapisan Terluar)
Lapisan terluar dari porifera dan
tersusun oleh sel-sel epitelium pipih yang disebut Pinakosit.
2. Mesoglea
Lapisan pembatas antara epidermis
dan endodermis. Mesoglea pada porifera mengandung 2 macam sel, yaitu:
Ø Sel Ameboid, berfungsi
untuk mengangkut zat makanan dan zat sisa metabolisme dari sel satu ke sel yang
lain.
Ø Sel
Sklerobas, berfungsi sebagai pembentuk spikula.
3. Endodermis
(Lapisan Dalam)
Endodermis adalah lapisan dalam
yang terdiri dari sel-sel leher atau koanosit yang memiliki flagel dan
berfungsi sebagai pencerna makanan.
Struktur Tubuh Porifera
Keterangan gambar:
1. Oskulum, yaitu tempat keluarnya air yang
berasal dari spongosol.
2. Mesoglea, yaitu lapisan pembatas antara
lapisan epidermis dan endodermis.
3. Porosit, yaitu saluran penghubung antara
pori-pori dan spongosol. Tempat masuknya air.
4. Spongosol, yaitu rongga di bagian dalam tubuh
porifera.
5. Ameboid, yaitu sel yang berfungsi mengedarkan
makanan.
6. Epidermis, yaitu lapisan terluar.
7. Spikula, yaitu pembentuk / penyusun tubuh.
8. Flagel, yaitu alat gerak koanosit.
9. Koanosit, yaitu sel pelapis sponosol serta
berfungsi sebagai pencerna makanan. Dibagian ujungnya terdapat flagel
dan dipangkalnya terdapat vakuola.
Porifera mengeluarkan zat sisa
metabolisme (Ekskresi dan Respirasi) secara difusi melalui permukaan tubuh.
Sel
Koanosit pada porifera berfungsi sebagai Alat Pencernaan.
Sel
Arkeosit pada porifera berfungsi sebagai Alat Reproduksi.
Sistem Pencernaan Makanan pada
Porifera
Pencernaan makananan pada porifera
adalah intraseluler, yang merupakan pencernaan makanan yang terjadi di tingkat
sel / didalam sel.
Sketsa:





Oskulum
Proses tersebut diawali dari
masuknya air melalui pori – pori tubuh porifera (ostium), selanjutnya air akan
masuk kedalam tubuh bersamaan dengan plankton dan bakteri yang menjadi sumber
makanannya. Melalui mikrofili yang terdapat pada sel koanosit lapisan endodermis
porifera, plankton dan bakteri akan tersaring. Sel amoeboid memiliki tugas
untuk mengedarkan hasil ‘tangkapan’ tersebut keseluruh tubuh porifera. Air –
air yang masuk bersamaan dengan makanan akan kembali dibuang melalui lubang
yang berada di pusta tubuhnya yaitu oskulum.
Sistem Reproduksi pada Porifera
1. Reproduksi secara seksual, yaitu reproduksi yang
terjadi saat sel sperma bersatu dengan sel ovum. Pada dasarnya, porifera
bersifat hemafrodit karena ovum dan sperma dapat dihasilkan oleh satu individu
yang sama. Namun sperma tidak akan dapat membuahi sendiri ovum yang terdapat
dalam tubuhnya sendiri, sehingga pembuahan hanya akan dapat terjadi antara
sperma dan sel telur antar individu yang berbeda.
2. Reproduksi secara aseksual, yaitu reproduksi
yang terjadi tanpa proses pembuahan sperma pada ovum. Reproduksi aseksual pada
hewan porifera dapat terjadi melalui dua cara, yaitu dengan cara pembentukan
kuncup dan gemula (kuncup dalam). Gemula adalah butir benih yang diproduksi
oleh porifera di lingkungan yang tak menguntungkan, misalnya terlalu dingin
atau terlalu panas.
Porifera bernapas dengan cara
memasukkan air melalui pori-pori (ostium) yang terdapat pada seluruh
permukaan tubuhnya, masuk ke dalam rongga spongocoel.
Proses pernapasan selanjutnya dilakukan oleh sel leher
(koanosit), yaitu sel yang berbatasan langsung dengan
rongga spongocoel.
Perhatikan Gambar! Aliran air
yang masuk melalui ostium menuju rongga spongocoel membawa oksigen
sekaligus zat-zat makanan. Pengikatan O2 dan pelepasan
CO2 dilakukan oleh sel leher (koanosit). Selain melakukan fungsi
pernapasan, sel leher sekaligus melakukan proses pencernaan dan sirkulasi
zat makanan. Selanjutnya, air keluar melalui oskulum.
Sistem Sirkulasi Air pada Porifera
1. Tipe
Asconoid
adalah tipe
sistem saluran air dimana lubang-lubang ostiumnya langsung terhubung lurus ke
spongosol.
2. Tipe
Syconoid
pada tipe saluran ini air akan masuk
ke dalam ostium lalu melewati saluran-saluran bercabang sebelum masuk ke dalam
spongosol. Saluran bercabang ini biasanya dilapisi oleh koanosit.
3. Tipe
Leuconoid atau Rhagon
adalah tipe saluran air yang
ostiumnya dihubungkan dengan rongga-rongga bercabang yang tidak terhubung
langsung menuju spongosol.
Gambar:

Klasifikasi Porifera
Berdasarkan bantuk dan kandungan spikula,
porifera dibagi menjadi tiga kelas, yaitu Calcarea, Hexactinellida, dan
Demospongia.
1. Calcarea (Calcisspongiae)

Calcarea hidup di laut
dangkal, contohnya Sycon, Clathrina, dan Leucettusa lancifer.
2. Hexactinellida

Contoh Hexactinellida
adalah Euplectella.
3. Demospongia

Contoh Demospongiae
adalah Spongia, Hippospongia dan Niphates digitalis.
Peranan
Porifera
1. Beberapa jenis porifera seperti
spongia dan hippospongia dapat digunakan sebagai spons mandi dan alat gosok.
2. Zat kimia yang dikeluarkannya
memiliki potensi obat penyakit kanker dan penyakit lainnya.
3. Saat ini para ahli sedang meneliti kemungkinan
untuk mengekstraksi zat antibiotik dan zat untuk mengobati kanker dari
Porifera.
2. Filum Coelenterata / Cnidaria
Berasal dari kata coelos yang berarti rongga
dan enteron yang berarti usus. Coelenterata mempunyai rongga usus atau
rongga gastrovaskuler yang terdapat di lapisan gastroderma.
Nama Cnidaria diberikan karena hewan ini memiliki sel-sel knidosit /
knidoblast yang berisi organel-organel sengat.
Ciri-Ciri
Coelenterata / Cnidaria
1. Memiliki rangka tubuh
yang mengandung zat kapur / zat kitin
2. Merupakan hewan
diploblastik atau tersusun dari 2 lapis sel
3. Memiliki bentuk simetris radial, memiliki
rongga tubuh (selom) dan memiliki ronggapencernaan (gastrovaskuler)
4. Hidup soliter,
sedangkan yang lain, misalnya hewan karang, hidup berkoloni
5. Memiliki 2 bentuk
tubuh, yaitu Polip dan Medusa.
Sistem
Pencernaan pada Coelenterata / Cnidaria
Lubang mulut Cnidaria terdapat di tubuh sebelah atas dan
dikelilingi oleh lengan-lengan yang disebut tentakel. Tentakel berguna untuk
menangkap dan memasukkan makanan ke dalam tubuh. Pada permukaan tentakel
terdapat sel-sel beracun yang disebut knidoblas yang mengandung sel
penyengat yang disebut nematosista.
Pencernaan makanan terjadi di dalam rongga gastrovaskuler yang
berfungsi sebagai usus. Di dalam usus, makanan dicerna dan melalui sel-sel
endoderma zat makanan diserap. Sisa-sisa makanan dikeluarkan melalui mulutnya
(karena tidak memiliki anus). Jadi, proses penernaan pada Cnidaria merupakan
proses pencernaan ekstraseluler (pencernaan luar sel).
Sistem
Respirasi dan Ekskresi pada Coelenterata / Cnidaria
Pengambilan oksigen dan pengeluaran karbon dioksida pada
cnidaria dilakukan oleh seluruh permukaan tubuh secara difusi.
Demikian pula pengeluaran sisa-sisa metabolisme dilakukan secara
difusi melalui seluruh permukaan tubuh.
Sistem
Saraf pada Coelenterata / Cnidaria
Sistem saraf cnidaria masih sangat sederhana, tersusun seperti jala pada
kulit luar diseluruh tubuhnya, tetapi saraf pada mulut berkembang baik.
Bentuk
Tubuh pada Coelenterata / Cnidaria
Ada 2 tipe bentuk tubuh Cnidaria yaitu:
1. Polip, merupakan bentuk
tubuh yang hidup menetap dengan cara melekat pada suatu substrat, sehingga
tidak dapat bergerak bebas.
2. Medusa, merupakan bentuk
tubuh yang dapat bergerak bebas. Fase medusa digunakan sebagai fase reproduksi
secara seksual (generatif) sehingga dapat menghasilkan spermatozoid dan ovum.
Sistem
Reproduksi pada Coelenterata / Cnidaria
1. Reproduksi Aseksual
(Vegetatif) dilakukan dengan cara membentuk kuncup atau tunas.
2. Reproduksi Seksual (Generatif)
dilakukan melalui pembuahan ovum oleh sperma. Jika sperma membuahi ovum akan terbentuk
zigot. Zigot akan tumbuh menjadi larva bersilia (planula), yang dapat
berenang bebas meninggalkan induknya. Pada suatu dasar perairan yang cocok
larva tumbuh menjadi individu baru.
Klasifikasi
Coelenterata / Cnidaria
1. Hydrozoa

Contoh Hydrozoa adalah Hydra,
Obelia, dan Physalia. Untuk Obelia merupakan Hydrozoa yang
hidupnya berkoloni di laut. Obelia memiliki bentuk polip dan medusa dalam
siklus hidupnya.
2. Scyphozoa

Contoh Scyphozoa adalah
Cyanea dan Chrysaora fruttescens.
3. Anthozoa

Contoh Anthozoa adalah
Tubastrea yang dikenal sebagai koral atau karang, Acropora, Urticina atau
Anemon laut, dan Turbinaria. Koral hidup di air jernih dan dangkal
karena koral bersimbiosis dengan ganggang. Rangka koral tersusun dari zat
kapur. Rangka koloni dari polip koral inilah yang membentuk karang pantai atau
terumbu karang atau atol.
Peranan
Coelenterata / Cnidaria
1. Beberapa jenis batu
karang merah mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi
2. Batu karang merupakan
bahan pembuat kapur
3. Cnidaria merupakan
pemandangan yang indah sehingga dimanfaatkan sebagai taman laut.
3. Filum Platyhelminthes
Berasal
dari bahasa Yunani, yaitu platy yang berarti pipih, dan helminth
yang berarti cacing. Sesuai dengan namanya, anggota kelompok cacing ini
memiliki tubuh pipih dorsoventral.
Ciri-Ciri
Platyhelminthes
1. Ada yang bersifat
parasit dan ada yang hidup bebas di perairan
2. Tidak memiliki sistem
peredaran darah dan bernafas dengan seluruh permukaan tubuh
3. Bentuk tubuh pipih, tidak
mempunyai rongga tubuh (selom), dan alat pencernaannya tidak sempurna
4. Bentuknya simetris bilateral
5. Tidak bersegmen-segmen
(berbuku-buku)
6. Tergolong triploblastik yaitu lapisan embrionya terdiri dari 3 lapisan,
yaitu ektoderma (lapisan luar), mesoderm (lapisan tengah) dan endoderma (lapisan
dalam)
Sistem
Pencernaan pada Platyhelminthes
Sistem Pencernaan Platyhelminthes tidak sempurna, umumnya hanya
memiliki mulut dan tidak memiliki annus. Usus berfungsi untuk mencerna makanan
dan mengedarkan makanan ke seluruh tubuh (sistem gastrovaskuler)
Sistem
Respirasi dan Ekskresi pada Platyhelminthes
Platyhelminthes bernafas melalui seluruh permukaan tubuh secara
difusi.
Proses ekskresi dilakukan oleh sel api (flame cell) yang
menyebar pada seluruh permukaan tubuhnya.
Sistem
Saraf pada Platyhelminthes
Sistem saraf terdiri ganglion otak dan serabut sarat tepi
(serabut saraf melintang) sehingga membentuk sistem saraf tangga tali. Beberapa
jenis memiliki bintik mata, indera peraba (tentakel) dan statosista (alat
keseimbangan).
Sistem
Gerak pada Platyhelminthes
Platyhelminthes bergerak dengan menggunakan kontraksi otot
tubuh.
Sistem
Reproduksi pada Platyhelminthes
Secara Aseksual melalui fragmentasi.
Secara Seksual dengan pembuahan ovum oleh spermatozoid. Cacing
pipih umumnya bersifat hermafrodit.
Klasifikasi
pada Platyhelminthes
1. Turbellaria (cacing
rambut getar)

Sebagai contoh, marilah kita pelajari salah satu Turbellaria yaitu Dugesia.
Bagian anterior tubuh Dugesia berbentuk segitiga dan memiliki sistem indera
berupa sepasang bintik mata serta celah yang disebut aurikel. Bintik mata untuk
membedakan keadaan gelap dan terang, sedangkan aurikel berfungsi sebagai indera
pembau saat Dugesia mencari makanannya.
Pada bagian tengah tubuhnya terdapat mulut. Melalui mulut, faring dapat
dijulurkan keluar untuk menangkap mangsa yang selanjutnya dicerna di dalam
usus.
Pergerakan silia berfungsi untuk m enggerakkan air dalam sel menyerupai nyala api sehingga sel tersebut
dinamakan sel api. Dugesia merupakan hewan hemafrodit, namun reproduksi seksual
tidak dapat dilakukan hanya oleh satu individu.
2. Trematoda (Cacing Isap)

Trematoda dewasa pada umumnya hidup di dalam hati,
usus, paru-paru, ginjal, dan pembuluh darah vertebrata. Trematoda berlindung di
dalam tubuh inangnya dengan melapisi permukaan tubuhnya dengan kutikula dan
permukaan tubuhnya tidak memiliki silia. Salah satu contoh Trematoda adalah
Fasciola hepatica atau cacing hati.
Cacing hati memiliki daur hidup yang kompleks karena
melibatkan sedikitnya dua jenis inang, yaitu inang utama dan inang sebagai
perantara. Daur hidup cacing hati terdiri dari fase seksual dan aseksual. Fase
seksual terjadi saat cacing hati dewasa berada di dalam tubuh inang utama. Fase
aseksual dengan membelah diri terjadi saat larva berada di dalam tubuh inang
perantara.
3. Cestoda (Cacing Pita)

Cestoda bersifat
parasit karena menyerap sari makan dari usus halus inangnya. Sari makanan diserap
langsung oleh seluruh permukaan tubuhnya karena cacing ini tidak memiliki mulut
dan pencernaan (usus). Manusia dapat terinfeksi Cestoda saat memakan daging
hewan yang dimasak tidak sempurna.
Inang perantara Cestoda
adalah sapi pada Taenia saginata dan babi pada Taenia solium.
4. Filum Nemathelminthes
Berasal dari kata nametos yang artinya benang dan oidos yang
artinya bentuk.
Cacing ini juga sering
disebut cacing gilik. Diantara filum yang lain, filum ini mempunyai anggota
terbanyak, baik jenis maupun individunya.
Ciri-Ciri
Nemathelnimthes
1. Dapat dijumpai di
darat, air tawar dan air laut, dari daerah kutub hungga daerah tropis
2. Hidupnya bersifat
bebas, namun ada pula yang parasit pada tumbuhan dan hewan
3. Tidak memiliki sistem peredaran darah
dan jantung, tetapi tubuhnya mengandung cairan semacam darah yang dapat
merembes ke bagian tubuh akibat kontraksi tubuh.
4. Bentuk tubuhnya gilik panjang
dengan simetri bilateral
5. Tidak memiliki silia dan tidak
bersegmen, dilapisi oleh kutikula transparan
Sistem
Pencernaan Nemathelnimthes
Umumnya Nemathelnimthes memiliki mulut, usus dan anus.
Sistem
Respirasi dan Eksresi Nemathelnimthes
Nemathelnimthes bernafas melalui seluruh permukaan tubuh secara
difusi.
Proses ekskresinya dilakukan melalui nefridium.
Sistem
Reproduksi Nemathelnimthes
Nemathelnimthes bereproduksi secara seksual dengan pembuahan ovum oleh
spermatozoid. Golongan cacing ini memiliki kelamin terpisah sehingga dapat
dibedakan antara jantan dan betina.
Biasanya yang jantan
berukuran lebih kecil daripada yang betina.
Klasifikasi
Nemathelnimthes
Dibedakan menjadi 2 kelas:
1. Nematoda, hidup sebagai parasit
a. Ascaris lumbricoides
(cacing gelang)

Spikula berfungsi untuk
membuka pori kelamin cacing betina dan memindahkan sperma saat kawin. Infeksi
cacing ini menyebabkan penyakit askariasis atau cacingan, umumnya pada
anak-anak. Infeksi ini terjadi pada saat mengkonsumsi makanan atau minuman yang
tercemar telur ascaris.
b. Necator americanus dan
Ancylostoma duodenale (cacing tambang)

Cacing tambang
Ancylostoma memiliki ujung anterior melengkung membentuk kapsul mulut dengan 1
-4 pasang kait kitin atau gigi pada sisi ventralnya. Kait kitin berfungsi untuk
menempel pada usus inangnya.
c. Enterobius vermicularis
(cacing kremi)

![]() |
d. Filaria bancrofti (penyebab kaki gajah)
Cacing rambut dinamakan pula cacing filaria. Tempat hidupnya di dalam
pembuluh limfa. Cacing ini menyebabkan penyakit kaki gajah, yaitu pembengkakan
tubuh. Pembengkakan terjadi karena akumulasi cairan dalam pembuluh limfa yang
tersumbat oleh cacing filaria dalam jumlah banyak. Cacing filaria masuk ke
dalam tubuh melalui gigitan nyamuk Culex yang banyak terdapat di daerah tropis.
2. Nematophora

Contoh cacing yang
termasuk anggota kelas ini adalah Gordius sp. Dan Nectonema sp.