Selasa, 03 Desember 2013

BIOLOGI (ANIMALIA)

ANIMALIA


A.      Keanekaragaman Hewan (Animalia)
          Hewan (Animalia) adalah bentuk kehidupan paling beragam di muka bumi. Sampai saat ini telah diidentifikasi sebanyak 2 juta spesies hewan. Ukuran hewan berkisar dari hanya 0,05 mm hingga 30 m. Tempat hidup hewan beragam, mulai dari gurun, padang es, hingga di bawah lautan terdalam. Bahkan ada hewan yang tidak terlihat seperti makhluk hidup sama sekali, seperti karang dan koral yang lebih mirip batu-batuan. Banyak hewan menyebabkan kerugian maupun menyebarkan penyakit, tetapi lebih banyak lagi yang bermanfaat bagi kehidupan manusia.
          Pembagian fauna menjadi dua kelompok didasarkan pada adanya Paparan Sunda dan Paparan Sahul menjadi lebih jelas lagi daripada pembagian flora. Di sini dapat ditarik garis pemisah yang lebih jelas yang disebut garis Wallace (ditemukan oleh Alfred Russel Wallace). Beberapa jenis hewan, seperti ikan tawar dari kelompok timur dan barat penyebarannya tidak pernah bertemu. Akan tetapi, ada pula hewan hewan, seperti burung, amphibia, dan reptilia yang sering kali antara penyebaran kelompok timur dan barat saling tumpang-tindih.
          Paparan sunda sangat kaya akan berbagai jenis mamalia dan burung; diperkirakan di kawasan ini terdapat ratusan jenis burung dan 70% di antaranya merupakan penghuni hutan primer darat; keanekaragaman ini jauh lebih tinggi daripada di Afrika. Indonesia terbagi menjadi dua zoogeografi yang dibatasi oleh garis Wallace. Garis Wallace membelah Selat Makassar menuju ke selatan hingga ke Selat Lombok. Jadi, garis Wallace memisahkan wilayah Oriental (termasuk Sumatra, Jawa, Bali, dan Kalimantan) dengan wilayah Australia (Sulawesi, Irian, Maluku, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur).
          Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Weber, seorang ahli zoology dari Jerman. Menurut Weber, hewan-hewan yang ada di Sulawesi tidak semuanya tergolong kelompok hewan Australia karena ada juga yang memiliki sifat-sifat Oriental sehingga Weber berkesimpulan bahwa hewan-hewan Sulawesi merupakan hewan peralihan. Weber kemudian membuat garis pembatas yang berada di sebelah timur Sulawesi memanjang ke utara menuju Kepulauan Aru yang kemudian dikenal dengan nama garis Weber. Sebagai bukti, Sulawesi merupakan wilayah peralihan, contohnya, di Sulawesi terdapat Oposum dari Australia dan kera Macaca dari Oriental. 
          Fauna daerah Oriental yang meliputi Sumatra, Jawa, dan Kalimantan serta pulau-pulau di sekitarnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1.  Banyak spesies mamalia berukuran besar, seperti badak, gajah, banteng, dan harimau. Terdapat
          pula mamalia berkantung, tetapi jumlahnya sedikit, bahkan hampir tidak ada. 
2.  Terdapat berbagai macam kera, terutama di Kalimantan yang paling banyak memiliki primata,
          misalnya, orang utan, kukang, dan bekantan. 
     3.  Burung-burung yang dapat berkicau, tetapi warnanya tidak seindah burung Australia, misalnya,
          jalak bali (Leucopsar rothschildi), murai (Myophoneus melurunus), ayam hutan berdada merah
          (Arborphila hyperithra), dan ayam pegar (Lophura bulweri). 

          Fauna daerah Indonesia bagian timur, yaitu Irian, Maluku, dan Nusa Tenggara relatif sama dengan Australia. Ciri-ciri yang dimilikinya adalah sebagai berikut:
     1.  Mamalia berukuran kecil. Di Irian dan Papua terdapat kurang lebih 110 spesies mamalia,
          misalnya, kuskus (Spilocus maculates) dan Oposum. Di Irian juga terdapat 27 hewan pengerat
          (rodensial), dan 17 di antaranya merupakan spesies endemik. 
     2.  Banyak hewan berkantung. Di Irian dan Papua banyak ditemukan hewan berkantung, seperti
          kanguru (Dendrolagus ursinus). 
     3.  Tidak terdapat spesies kera. Spesies kera tidak ditemukan di daerah Australia, tetapi di
          Sulawesi ditemukan banyak hewan endemik, misalnya, primata primitif Tarsius spectrum,
          musang (Macrogalida musschenbroecki), babirusa, anoa, maleo, dan beberapa jenis
          kupu-kupu. 
     4.  Jenis burung berwarna indah dan beragam. Papua memiliki koleksi burung terbanyak
          merupakan spesies endemik, misalnya, burung cenderawasih.
          Secara garis besar, Dunia Hewan (Kingdom Animalia) dibagi menjadi dua, yaitu vertebrata dan invertebrata. Vertebrata adalah istilah untuk hewan bertulang belakang, sedangkan invertebrata adalah istilah untuk hewan yang tidak bertulang belakang.
          Hewan invertebrata terdiri dari dua golongan, yaitu Protozoa dan Metazoa. Protozoa adalah hewan bersel satu, sedangkan metazoa adalah hewan bersel banyak. Metazoa adalah hewan bersel banyak yangterbentuk melalui spesialisasi fungsi kerja sel-sel. Sel-sel tertentu terspesialisasi membentuk jaringan; jaringan membentuk oragan; dan organ membentuk sistem organ. Akhirnya sistem organ akan menyusun satu individu.


1. Filum Porifera
          Porifera berasal dari kata porus yang berarti lubang kecil dan ferre yang berarti membawa atau mengandung. Jadi, Porifera adalah hewan yang tubuhnya mengandung lubang-lubang kecil atau hewan berpori-pori.

          Ciri–Ciri Porifera
     1.  Merupakan hewan multiseluller (bersel banyak) yang paling sederhana.
     2.  Memiliki ciri khas yaitu tubuhnya berpori seperti busa atau spons sehingga disebut juga sebagai hewan spons.
     3.  Belum mempunyai organ pencernaan, sistem peredaran darah , sistem saraf, dan otot; namun sel-sel tubuhnya dapat mengindra dan bereaksi terhadap perubahan lingkungan.
     4.  Mempunyai dua fase kehidupan, yaitu saat hidup berenang bebas (fase larva) dan saat berbentuk sesil yang hidup menetap di dasar perairan (fase dewasa).
     5.  Bentuk tubuhnya beraneka ragam, ada yang seperti tabung, mangkuk atau menyerupai tumbuhan. Warnanya juga sangat bervariasi dan dapat berubah-ubah.
     6.  Belum mempunyai organ pencernaan, sistem peredaran darah , sistem saraf, dan otot; namun sel-sel tubuhnya dapat mengindra dan bereaksi terhadap perubahan lingkungan.
     7.  Merupakan hewan diploblastik yang memiliki dua lapis sel pembentuk tubuh, yaitu ektoderma (lapisan luar dan endoderma (lapisan dalam).
     8.  Bentuk tubuh hewan ini ada yang seperti piala, jambangan, terompet, dan bercabang cabang seperti tumbuhan.
     9.  Hidup secara heterotrof, makanannya adalah bakteri dan plankton. Porifera menelan makanan secara fagositosis

          Lapisan-Lapisan pada Porifera
     1.  Epidermis (Lapisan Terluar)
              Lapisan terluar dari porifera dan tersusun oleh sel-sel epitelium pipih yang disebut Pinakosit.
     2.  Mesoglea
              Lapisan pembatas antara epidermis dan endodermis. Mesoglea pada porifera mengandung 2 macam sel, yaitu:
Ø Sel Ameboid, berfungsi untuk mengangkut zat makanan dan zat sisa metabolisme dari sel satu ke sel yang lain.
Ø Sel Sklerobas, berfungsi sebagai pembentuk spikula.
     3.  Endodermis (Lapisan Dalam)
              Endodermis adalah lapisan dalam yang terdiri dari sel-sel leher atau koanosit yang memiliki flagel dan berfungsi sebagai pencerna makanan.


          Struktur Tubuh Porifera
Photobucket
          Keterangan gambar:
1.  Oskulum, yaitu tempat keluarnya air yang berasal dari spongosol.
2.  Mesoglea, yaitu lapisan pembatas antara lapisan epidermis dan endodermis.
3.  Porosit, yaitu saluran penghubung antara pori-pori dan spongosol. Tempat masuknya air.
4.  Spongosol, yaitu rongga di bagian dalam tubuh porifera.
5.  Ameboid, yaitu sel yang berfungsi mengedarkan makanan.
6.  Epidermis, yaitu lapisan terluar.
7.  Spikula, yaitu pembentuk / penyusun tubuh.
8.  Flagel, yaitu alat gerak koanosit.
9.  Koanosit, yaitu sel pelapis sponosol serta berfungsi sebagai pencerna makanan. Dibagian ujungnya terdapat flagel dan dipangkalnya terdapat vakuola.

          Porifera mengeluarkan zat sisa metabolisme (Ekskresi dan Respirasi) secara difusi melalui permukaan tubuh.
Sel Koanosit pada porifera berfungsi sebagai Alat Pencernaan.
Sel Arkeosit pada porifera berfungsi sebagai Alat Reproduksi.

          Sistem Pencernaan Makanan pada Porifera
Pencernaan makananan pada porifera adalah intraseluler, yang merupakan pencernaan makanan yang terjadi di tingkat sel / didalam sel.
          Sketsa:
     Air            Pori-pori (Ostium)          Tubuh          Lapisan Endodermis         Seluruh Tubuh
                                                                                                                 
                                                                                                               Oskulum

     Proses tersebut diawali dari masuknya air melalui pori – pori tubuh porifera (ostium), selanjutnya air akan masuk kedalam tubuh bersamaan dengan plankton dan bakteri yang menjadi sumber makanannya. Melalui mikrofili yang terdapat pada sel koanosit lapisan endodermis porifera, plankton dan bakteri akan tersaring. Sel amoeboid memiliki tugas untuk mengedarkan hasil ‘tangkapan’ tersebut keseluruh tubuh porifera. Air – air yang masuk bersamaan dengan makanan akan kembali dibuang melalui lubang yang berada di pusta tubuhnya yaitu oskulum.

          Sistem Reproduksi pada Porifera
1.  Reproduksi secara seksual, yaitu reproduksi yang terjadi saat sel sperma bersatu dengan sel ovum. Pada dasarnya, porifera bersifat hemafrodit karena ovum dan sperma dapat dihasilkan oleh satu individu yang sama. Namun sperma tidak akan dapat membuahi sendiri ovum yang terdapat dalam tubuhnya sendiri, sehingga pembuahan hanya akan dapat terjadi antara sperma dan sel telur antar individu yang berbeda.
2.  Reproduksi secara aseksual, yaitu reproduksi yang terjadi tanpa proses pembuahan sperma pada ovum. Reproduksi aseksual pada hewan porifera dapat terjadi melalui dua cara, yaitu dengan cara pembentukan kuncup dan gemula (kuncup dalam). Gemula adalah butir benih yang diproduksi oleh porifera di lingkungan yang tak menguntungkan, misalnya terlalu dingin atau terlalu panas.

Irisan melintang dinding tubuh Porifera          Sistem Pernapasan pada Porifera
Porifera bernapas dengan cara memasukkan air melalui pori-pori (ostium) yang terdapat pada seluruh permukaan tubuhnya, masuk ke dalam rongga spongocoel. Proses pernapasan selanjutnya dilakukan oleh sel leher (koanosit), yaitu sel yang berbatasan langsung dengan rongga spongocoel.

Perhatikan Gambar! Aliran air yang masuk melalui ostium menuju rongga spongocoel membawa oksigen sekaligus zat-zat makanan. Pengikatan O2 dan pelepasan CO2 dilakukan oleh sel leher (koanosit). Selain melakukan fungsi pernapasan, sel leher sekaligus melakukan proses pencernaan dan sirkulasi zat makanan. Selanjutnya, air keluar melalui oskulum.

          Sistem Sirkulasi Air pada Porifera
     1.  Tipe Asconoid
adalah tipe sistem saluran air dimana lubang-lubang ostiumnya langsung terhubung lurus ke spongosol.
     2.  Tipe Syconoid
pada tipe saluran ini air akan masuk ke dalam ostium lalu melewati saluran-saluran bercabang sebelum masuk ke dalam spongosol. Saluran bercabang ini biasanya dilapisi oleh koanosit.
     3.  Tipe Leuconoid atau Rhagon
adalah tipe saluran air yang ostiumnya dihubungkan dengan rongga-rongga bercabang yang tidak terhubung langsung menuju spongosol.


          Gambar:
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjMml_dcCcjroOft9I2N6LNKlTCuPGJCUVHUOMa_VNVsaq1H6R9ZaPZ6fv_5-1BecmwFbZx430lDQLt9tFjMNxbdPN-8oO0h3fHrZ3aHToC28DLUYskjoza5h1Y_OVifmXIdgy-kweaRE0/s1600/ascon%252C+leucon%252C+sycon.png


         










          Klasifikasi Porifera
     Berdasarkan bantuk dan kandungan spikula, porifera dibagi menjadi tiga kelas, yaitu Calcarea, Hexactinellida, dan Demospongia.
     1.  Calcarea (Calcisspongiae)
http://belajar.kemdiknas.go.id/file_storage/modul_online/MO_184/Image/gb5ok.jpgCalcarea memiliki rangka yang tersusun dari kalsium karbonat. Tubuhnya kebanyakan berwarna pucat dengan bentuk seperti vas bunga, dompet, kendi, atau silinder. Tinggi tubuh kurang dari 10 cm.Struktur tubuh ada yang memiliki saluran air askonoid, sikonoid, atau leukonoid.

Calcarea hidup di laut dangkal, contohnya Sycon, Clathrina, dan Leucettusa lancifer.





     2.  Hexactinellida
http://belajar.kemdiknas.go.id/file_storage/modul_online/MO_184/Image/gb3.jpgHexactinellida  memiliki spikula yang tersusun dari zat silika. Ujung spikula berjumlah enam seperti bintang, itulah sebabnya disebut Hexactinellida. Tubuhnya kebanyakan berwarna pucat dengan bentuk vas bunga atau mangkuk. Tinggi tubuhnya rata-rata 10-30 cm. Hewan ini hidup soliter di laut pada kedalaman 200 – 1.000 m.
Contoh Hexactinellida adalah Euplectella.








     3.  Demospongia
http://belajar.kemdiknas.go.id/file_storage/modul_online/MO_184/Image/gb4.jpgDemospongiae merupakan kelas terbesar yang mencakup 90% dari seluruh jenis porifera. Demospongiae memiliki rangka yang tersusun dari serabut spongin. Tubuhnya berwarna cerah karena mengandung pigmen yang terdapat pada amoebosit. Fungsi warna diduga untuk melindungi tubuhnya dari sinar matahari. Bentuk tubuhnya tidak beraturan dan bercabang.Tinggi dan diameternya ada yang mencapai lebih dari 1 meter. Habitat Demospongiae umumnya di laut dalam maupun dangkal, meskipun ada yang di air tawar.
Contoh Demospongiae adalah Spongia, Hippospongia dan Niphates digitalis.


          Peranan Porifera
1.  Beberapa jenis porifera seperti spongia dan hippospongia dapat digunakan sebagai spons mandi dan alat gosok.
2.  Zat kimia yang dikeluarkannya memiliki potensi obat penyakit kanker dan penyakit lainnya.
3.  Saat ini para ahli sedang meneliti kemungkinan untuk mengekstraksi zat antibiotik dan zat untuk mengobati kanker dari Porifera.


2. Filum Coelenterata / Cnidaria
        Berasal dari kata coelos yang berarti rongga dan enteron yang berarti usus. Coelenterata mempunyai rongga usus atau rongga gastrovaskuler yang terdapat di lapisan gastroderma.
        Nama Cnidaria diberikan karena hewan ini memiliki sel-sel knidosit / knidoblast yang berisi organel-organel sengat.

          Ciri-Ciri Coelenterata / Cnidaria
     1.  Memiliki rangka tubuh yang mengandung zat kapur / zat kitin
     2.  Merupakan hewan diploblastik atau tersusun dari 2 lapis sel
3.  Memiliki bentuk simetris radial, memiliki rongga tubuh (selom) dan memiliki ronggapencernaan (gastrovaskuler)
     4.  Hidup soliter, sedangkan yang lain, misalnya hewan karang, hidup berkoloni
     5.  Memiliki 2 bentuk tubuh, yaitu Polip dan Medusa.

          Sistem Pencernaan pada Coelenterata / Cnidaria
     Lubang mulut Cnidaria terdapat di tubuh sebelah atas dan dikelilingi oleh lengan-lengan yang disebut tentakel. Tentakel berguna untuk menangkap dan memasukkan makanan ke dalam tubuh. Pada permukaan tentakel terdapat sel-sel beracun yang disebut knidoblas yang mengandung sel penyengat yang disebut nematosista.
     Pencernaan makanan terjadi di dalam rongga gastrovaskuler yang berfungsi sebagai usus. Di dalam usus, makanan dicerna dan melalui sel-sel endoderma zat makanan diserap. Sisa-sisa makanan dikeluarkan melalui mulutnya (karena tidak memiliki anus). Jadi, proses penernaan pada Cnidaria merupakan proses pencernaan ekstraseluler (pencernaan luar sel).

          Sistem Respirasi dan Ekskresi pada Coelenterata / Cnidaria
     Pengambilan oksigen dan pengeluaran karbon dioksida pada cnidaria dilakukan oleh seluruh permukaan tubuh secara difusi.
     Demikian pula pengeluaran sisa-sisa metabolisme dilakukan secara difusi melalui seluruh permukaan tubuh.


          Sistem Saraf pada Coelenterata / Cnidaria
     Sistem saraf cnidaria masih sangat sederhana, tersusun seperti jala pada kulit luar diseluruh tubuhnya, tetapi saraf pada mulut berkembang baik.

          Bentuk Tubuh pada Coelenterata / Cnidaria
     Ada 2 tipe bentuk tubuh Cnidaria yaitu:
1.  Polip, merupakan bentuk tubuh yang hidup menetap dengan cara melekat pada suatu substrat, sehingga tidak dapat bergerak bebas.
2.  Medusa, merupakan bentuk tubuh yang dapat bergerak bebas. Fase medusa digunakan sebagai fase reproduksi secara seksual (generatif) sehingga dapat menghasilkan spermatozoid dan ovum.

          Sistem Reproduksi pada Coelenterata / Cnidaria
     1.  Reproduksi Aseksual (Vegetatif) dilakukan dengan cara membentuk kuncup atau tunas.
2.  Reproduksi Seksual (Generatif) dilakukan melalui pembuahan ovum oleh sperma. Jika sperma membuahi ovum akan terbentuk zigot. Zigot akan tumbuh menjadi larva bersilia (planula), yang dapat berenang bebas meninggalkan induknya. Pada suatu dasar perairan yang cocok larva tumbuh menjadi individu baru.

          Klasifikasi Coelenterata / Cnidaria
     1.  Hydrozoa
http://belajar.kemdiknas.go.id/file_storage/modul_online/MO_184/Image/gb7.jpgHydrozoa sebagian besar memiliki pergiliran bentuk polip dan medusa dalam siklus hidupnya.  Hydrozoa dapat hidup soliter.
Contoh Hydrozoa adalah Hydra, Obelia, dan Physalia. Untuk Obelia merupakan Hydrozoa yang hidupnya berkoloni di laut. Obelia memiliki bentuk polip dan medusa dalam siklus hidupnya.



     2.  Scyphozoa
http://belajar.kemdiknas.go.id/file_storage/modul_online/MO_184/Image/gb8.jpgScyphozoa memiliki bentuk dominan berupa medusa dalam siklus hidupnya. Medusa Scyphozoa dikenal dengan ubur-ubur. Medusa umumnya berukuran 2 – 40 cm. Reproduksi dilakukan secara aseksual dan seksual. Polip yang berukuran kecil menghasilkan medusa secara aseksual.
Contoh Scyphozoa adalah Cyanea dan Chrysaora fruttescens.







     3.  Anthozoa
http://belajar.kemdiknas.go.id/file_storage/modul_online/MO_184/Image/gb9.jpgAnthozoa  memiliki banyak tentakel yang berwarna-warni seperti bunga. Anthozoa tidak memiliki bentuk medusa. Polip Anthozoa berukuran lebih besar dari dua kelas Coelenterata lainnya. Hidupnya di laut dangkal secara berkoloni. Anthozoa bereproduksi secara aseksual dengan tunas dan fragmentasi, serta reproduksi seksual dengan  menghasilkan gamet.
Contoh Anthozoa adalah Tubastrea yang dikenal sebagai koral atau karang, Acropora, Urticina atau Anemon laut, dan Turbinaria. Koral hidup di air jernih dan dangkal karena koral bersimbiosis dengan ganggang. Rangka koral tersusun dari zat kapur. Rangka koloni dari polip koral inilah yang membentuk karang pantai atau terumbu karang atau atol.

          Peranan Coelenterata / Cnidaria
     1.  Beberapa jenis batu karang merah mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi
     2.  Batu karang merupakan bahan pembuat kapur
     3.  Cnidaria merupakan pemandangan yang indah sehingga dimanfaatkan sebagai taman laut.


3. Filum Platyhelminthes
          Berasal dari bahasa Yunani, yaitu platy yang berarti pipih, dan helminth yang berarti cacing. Sesuai dengan namanya, anggota kelompok cacing ini memiliki tubuh pipih dorsoventral.

          Ciri-Ciri Platyhelminthes
     1.  Ada yang bersifat parasit dan ada yang hidup bebas di perairan
     2.  Tidak memiliki sistem peredaran darah dan bernafas dengan seluruh permukaan tubuh
3.  Bentuk tubuh pipih, tidak mempunyai rongga tubuh (selom), dan alat pencernaannya tidak sempurna
4.  Bentuknya simetris bilateral
5.  Tidak bersegmen-segmen (berbuku-buku)
6. Tergolong triploblastik yaitu lapisan embrionya terdiri dari 3 lapisan, yaitu ektoderma (lapisan luar), mesoderm (lapisan tengah) dan endoderma (lapisan dalam)

          Sistem Pencernaan pada Platyhelminthes
     Sistem Pencernaan Platyhelminthes tidak sempurna, umumnya hanya memiliki mulut dan tidak memiliki annus. Usus berfungsi untuk mencerna makanan dan mengedarkan makanan ke seluruh tubuh (sistem gastrovaskuler)

          Sistem Respirasi dan Ekskresi pada Platyhelminthes
     Platyhelminthes bernafas melalui seluruh permukaan tubuh secara difusi.
     Proses ekskresi dilakukan oleh sel api (flame cell) yang menyebar pada seluruh permukaan tubuhnya.

          Sistem Saraf pada Platyhelminthes
     Sistem saraf terdiri ganglion otak dan serabut sarat tepi (serabut saraf melintang) sehingga membentuk sistem saraf tangga tali. Beberapa jenis memiliki bintik mata, indera peraba (tentakel) dan statosista (alat keseimbangan).



          Sistem Gerak pada Platyhelminthes
     Platyhelminthes bergerak dengan menggunakan kontraksi otot tubuh.

          Sistem Reproduksi pada Platyhelminthes
     Secara Aseksual melalui fragmentasi.
     Secara Seksual dengan pembuahan ovum oleh spermatozoid. Cacing pipih umumnya bersifat hermafrodit.

          Klasifikasi pada Platyhelminthes
     1.  Turbellaria (cacing rambut getar)
http://belajar.kemdiknas.go.id/file_storage/modul_online/MO_184/Image/gb11.jpgTurbellaria memiliki ukuran tubuh bersilia dengan ukuran 15 – 18 mm. Silia digunakan untuk bergerak. Pergerakan juga dapat menggunakan otot dengan gerakan seperti gelombang.
Sebagai contoh, marilah kita pelajari salah satu Turbellaria yaitu Dugesia. Bagian anterior tubuh Dugesia berbentuk segitiga dan memiliki sistem indera berupa sepasang bintik mata serta celah yang disebut aurikel. Bintik mata untuk membedakan keadaan gelap dan terang, sedangkan aurikel berfungsi sebagai indera pembau saat Dugesia mencari makanannya.
Pada bagian tengah tubuhnya terdapat mulut. Melalui mulut, faring dapat dijulurkan keluar untuk menangkap mangsa yang selanjutnya dicerna di dalam usus.

         Pergerakan silia berfungsi untuk m enggerakkan air dalam sel menyerupai nyala api sehingga sel tersebut dinamakan sel api. Dugesia merupakan hewan hemafrodit, namun reproduksi seksual tidak dapat dilakukan hanya oleh satu individu.

     2.  Trematoda (Cacing Isap)
http://belajar.kemdiknas.go.id/file_storage/modul_online/MO_184/Image/gb12.jpgTrematoda disebut sebagai cacing isap karena cacing ini memiliki alat pengisap.  Alat pengisap terdapat pada mulut di bagian anterior tubuhnya. Fungsi alat isap adalah untuk menempel pada tubuh inangnya. Pasa saat menempel cacing ini mengisap makanan berupa jaringan atau cairan tubuh inangnya.  Dengan demikian, Trematoda merupakan hewan parasit.
Trematoda dewasa pada umumnya hidup di dalam hati, usus, paru-paru, ginjal, dan pembuluh darah vertebrata. Trematoda berlindung di dalam tubuh inangnya dengan melapisi permukaan tubuhnya dengan kutikula dan permukaan tubuhnya tidak memiliki silia. Salah satu contoh Trematoda adalah Fasciola hepatica atau cacing hati.
Cacing hati memiliki daur hidup yang kompleks karena melibatkan sedikitnya dua jenis inang, yaitu inang utama dan inang sebagai perantara. Daur hidup cacing hati terdiri dari fase seksual dan aseksual. Fase seksual terjadi saat cacing hati dewasa berada di dalam tubuh inang utama. Fase aseksual dengan membelah diri terjadi saat larva berada di dalam tubuh inang perantara.



     3.  Cestoda (Cacing Pita)
http://belajar.kemdiknas.go.id/file_storage/modul_online/MO_184/Image/gb13.jpgCestoda juga disebut sebagai cacing pita karena bentuknya pipih panjang seperti pita. Tubuh Cestoda dilapisi kutikula dan terdiri dari bagian anterior yang disebut skoleks, leher, dan rangkaian proglotid. Pada skoleks terdapat alat pengisap. Skoleks pada jenis Cestoda tertentu selain memiliki alat pengisap, juga memiliki kait atau rostelus yang berfungsi untuk melekat pada organ tubuh inangnya. Di belakang skoleks pada bagian leher terbentuk proglotid. Setiap proglotid mengandung organ kelamin jantan atau testis, dan organ kelamin betina atau  ovarium. Tiap proglotid dapat terjadi fertilisasi sendiri. Proglotid yang dibuahi terdapat di bagian posterior tubuh cacing.
Cestoda bersifat parasit karena menyerap sari makan dari usus halus inangnya. Sari makanan diserap langsung oleh seluruh permukaan tubuhnya karena cacing ini tidak memiliki mulut dan pencernaan (usus). Manusia dapat terinfeksi Cestoda saat memakan daging hewan yang dimasak tidak sempurna.
Inang perantara Cestoda adalah sapi pada Taenia saginata dan babi pada Taenia solium.


4. Filum Nemathelminthes
        Berasal dari kata nametos yang artinya benang dan oidos yang artinya bentuk.
Cacing ini juga sering disebut cacing gilik. Diantara filum yang lain, filum ini mempunyai anggota terbanyak, baik jenis maupun individunya.

          Ciri-Ciri Nemathelnimthes
     1.  Dapat dijumpai di darat, air tawar dan air laut, dari daerah kutub hungga daerah tropis
     2.  Hidupnya bersifat bebas, namun ada pula yang parasit pada tumbuhan dan hewan
3.  Tidak memiliki sistem peredaran darah dan jantung, tetapi tubuhnya mengandung cairan semacam darah yang dapat merembes ke bagian tubuh akibat kontraksi tubuh.
4.  Bentuk tubuhnya gilik panjang dengan simetri bilateral
5.  Tidak memiliki silia dan tidak bersegmen, dilapisi oleh kutikula transparan

          Sistem Pencernaan Nemathelnimthes
     Umumnya Nemathelnimthes memiliki mulut, usus dan anus.

          Sistem Respirasi dan Eksresi Nemathelnimthes
     Nemathelnimthes bernafas melalui seluruh permukaan tubuh secara difusi.
     Proses ekskresinya dilakukan melalui nefridium.

          Sistem Reproduksi Nemathelnimthes
     Nemathelnimthes bereproduksi secara seksual dengan pembuahan ovum oleh spermatozoid. Golongan cacing ini memiliki kelamin terpisah sehingga dapat dibedakan antara jantan dan betina.
Biasanya yang jantan berukuran lebih kecil daripada yang betina.

         


          Klasifikasi Nemathelnimthes
     Dibedakan menjadi 2 kelas:
    
1.  Nematoda, hidup sebagai parasit
     a.  Ascaris lumbricoides (cacing gelang)
http://belajar.kemdiknas.go.id/file_storage/modul_online/MO_184/Image/gb14.jpgAscaris lumbricoides di dalam usus halus manusia sehingga sering kali disebut cacing perut. Hewan ini  merupakan hewan dioseus, yaitu hewan dengan jenis kelamin berbeda, bukan hemafrodit. Ascaris lumbricoides hanya berkembang biak secara seksual. Cacing jantan memiliki sepasang alat berbentuk kait yang menyembul dari anus disebut spikula.
Spikula berfungsi untuk membuka pori kelamin cacing betina dan memindahkan sperma saat kawin. Infeksi cacing ini menyebabkan penyakit askariasis atau cacingan, umumnya pada anak-anak. Infeksi ini terjadi pada saat mengkonsumsi makanan atau minuman yang tercemar telur ascaris.


     b.  Necator americanus dan Ancylostoma duodenale (cacing tambang)
http://belajar.kemdiknas.go.id/file_storage/modul_online/MO_184/Image/gb15.jpgCacing ini dinamakan cacing tambang karena ditemukan di pertambangan daerah tropis. Cacing tambang dapat hidup sebagai parasit dengan menyerap darah dan cairan tubuh pada usus halus manusia. Cacing ini memiliki ukuran tubuh yang lebih kecil dari cacing perut.
Cacing tambang Ancylostoma memiliki ujung anterior melengkung membentuk kapsul mulut dengan 1 -4 pasang kait kitin atau gigi pada sisi ventralnya. Kait kitin berfungsi untuk menempel pada usus inangnya.



     c.  Enterobius vermicularis (cacing kremi)
http://belajar.kemdiknas.go.id/file_storage/modul_online/MO_184/Image/gb16.jpgCacing ini disebut cacing kremi karena ukurannya yang sangat kecil, sekitar 10-15 mm. Cacing kremi hidup di dalam usus besar manusia. Cacing kremi tidak menyebabkan penyakit yang berbahaya namun cukup mengganggu. Infeksi cacing kremi tidak memerlukan perantara. Telur cacing dapat tertelan bila kita memakan makanan yang terkontaminasi telur cacing ini. Cacing ini bertelur pada anus penderita dan menyebabkan rasa gatal.






    




http://belajar.kemdiknas.go.id/file_storage/modul_online/MO_184/Image/gb17.jpg

     d.  Filaria bancrofti (penyebab kaki gajah)
         Cacing rambut dinamakan pula cacing filaria. Tempat hidupnya di dalam pembuluh limfa. Cacing ini menyebabkan penyakit kaki gajah, yaitu pembengkakan tubuh. Pembengkakan terjadi karena akumulasi cairan dalam pembuluh limfa yang tersumbat oleh cacing filaria dalam jumlah banyak. Cacing filaria masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk Culex yang banyak terdapat di daerah tropis.

2.  Nematophora
http://t1.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcTRaqN1kTVfvuLQTGI08lAn8mP3MfwdASZ1x6fxSUUkrL19RG_4Tubuh nematophora dilapisi kutikula yang polos dan tidak bercincin. Larvanya hidup berparasit pada tubuh manusia atau arthropoda, dan setelah dewasa cacing tersebut hidup bebas di air tawar dan laut.
Contoh cacing yang termasuk anggota kelas ini adalah Gordius sp. Dan Nectonema sp.